2. Jangan Mempersulit Diri Andaikata kita mau jujur, sesungguhnya kita ini paling hobi mengarang, mendramatisir dan mempersulit diri, sebagian besar penderitaan kita adalah hasil dramatisasi perasaan dan pikiran sendiri, selain tidak pada tempatnya, juga pasti membuat masalah akan menjadi besar, lebih seram, lebih dahsyat, lebih pahit, lebih gawat, lebih pilu daripada kenyataan aslinya dan tentu ujungnya akan terasa jauh lebih nelangsa, lebih repot dalam menghadapinya/menyelesaikannya.Orang yang menghadapi masa pensiun terkadang jauh sebelumnya sudah sengsara terbayang gaji yang kecil, pasti tidak akan mencukupi kebutuhan padahal saat ini saja sudah pas-pasan, ditambah lagi
kebutuhan anak-anak yang kian membengkak, anggaran rumah tangga plus listrik, air, cicilan rumah belum lunas, utang belum terbayar, belum lagi andaikata sakit, tak ada anggaran pengobatan, umur makin menua, fisik kian melemah, semakin panjang derita kita buat, maka semakin panik menghadapi pensiun, tentu saja sangat boleh kita memperkirakan kenyataan yang akan terjadi namun harus terkendali dengan baik jangan sampai perkiraan itu membuat putus asa dan sengsara sebelum waktunya. Begitu banyak orang yang sudah pensiun yang ternyata tidak segawat yang diperkirakan atau bahkan jauh lebih tercukupi dan berbagahagia daripada sebleumnya, apakah Allah Swt, Yang Maha Kaya akan menjadi kikir terhadap para pensiunan atau terhadap kakek dan nenek-nenek padahal pensiun hanyalah salah satu episode hidup yang harus dijalani yang tidak mempengaruhi janji dan kasih sayang Allah Swt. Maka dalam menghadapi persoalan apapun, jangan hanyut dan tenggelam dalam pikiran yang salah, kita harus tenang, menguasai diri, renungkanlah janji dan jaminan pertolongan Allah Swt, dan bukanlah kita sudah sering melalui masa-masa yang sangat sulit dan ternyata bisa lolos pada akhirnya, tidak segawat yang kita perkirakan sebelumnya.
a. Yakinilah bahwa Allah Yang Maha Tahu segalanya pasti telah mengukur ujian yang menimpa kita sesuai dengan dosis yang tepat dengan keadaan dan kemampuan kita, karena Dia tahu persis diri kita lebih tahu daripada diri kita sendiri (bukanlah dia sendiri
yang merancang, menciptakan dan mengurus diri kita setiap saat). Allah Swt, tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Maha Suci Allah dari perbuatannya mendzolimi hamba-hamba-Nya.
b. Yakinilah setiap kesulitan itu selalu didampingi kemudahan "karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesunggunya
sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan" ( Al Insyiroh 5,6), sampai dua kali Allah Swt, mengutarakan janji-Nya. Tidak mungkin dalam hidup ini terus-menerus kesulitan, karena dunia ini bukan neraka, begitupun tidak mungkin dalam hidup ini terus-menerus
kelapangan dan kemudahan karena dunia ini bukan sorga, segalanya pasti akan ada akhirnya dan dipergilirkan dengan keadilan AllahSwt.
KH. Abdullah Gymnastiar, Pimpinan Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar