Jumat, 29 April 2016

3 Panggilan Allah Yang Wajib Dipenuhi


Oleh Ali Farkhan Tsani

Sahabat dunia islam, Sedikitnya ada tiga Panggilan Allah Yang Wajib Dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya. Pertama, panggilan shalat, yaitu ketika azan berkumandang lima waktu sehari semalam. Seruan lima kali sepanjang 24 jam ini terus menggema susul-menyusul bergantian dari satu masjid ke masjid lainnya. Selesai dari negeri yang satu, berpindah ke belahan bumi yang lain, berputar terus selama bumi masih berotasi mengelilingi porosnya. “Allahu akbar … Allahu akbar …!”

Sahabat Ibnu Abbas adalah orang yang sering kali menangis manakala mendengar panggilan azan bergema. Serbannya sering basah oleh tetesan airmatanya yang terus mengalir mengiringi alunan suara sang muazin. Ketika ada yang menanyakan mengapa sampai begitu? Ibnu Abbas menjawab, “Seandainya semua orang tahu makna seruan muazin itu, pasti tidak akan dapat beristirahat dan tak akan dapat tidur nyenyak.” Kalimat Allahu akbar saja mengandung makna panggilan kepada orang beriman yang sedang sibuk mengurusi harta duniawi agar berhenti sejenak, menyambut seruan itu. Mengistirahatkan badan dan segera beramal demi meraih kepentingan dan keuntungan hakiki.

Kedua, panggilan haji. Allah menyeru di dalam firman-Nya: “Dan, berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh …” (QS al-Hajj [22] : 27).

Oleh karena itulah, mereka yang menunaikan ibadah haji menjawab seruan itu dengan kalimat talbiah, “Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi. Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi penggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat, dan kekuasaan hanyalah milik-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu.”

Ketiga, panggilan kematian. Sifat manusia sering kali menunda-nunda panggilan azan. Begitu juga ketika panggilan haji telah tiba, ia pun belum tergerak memenuhinya, walau sudah mampu. Akan tetapi, terhadap panggilan yang satu ini, tidak ada satu pun yang sanggup menghalanginya, apalagi menundanya. Malaikat Izrail, sang pencabut nyawa, atas perintah Tuhannya akan melaksanakan perintah Allah. Ia tidak akan mempercepat walau sesaat jika belum tiba saatnya. Juga tidak akan mengulur waktu walau sedetik apabila sudah datang waktunya.

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Munafiqun [63]: 11).

Dalam ayat lainnya, Allah SWT juga sering mengingatkan umat manusia untuk senantiasa memperhatikan seruan-Nya, mengerjakan segala perintah-Nya, dan menjauhi seluruh larangan-Nya.

Dengan penuh kesadaran diri dan keinsafan iman, marilah kita penuhi panggilan Allah berupa azan shalat saat memanggil, dan panggilan haji ke tanah suci bila kita telah mampu menunaikannya.

Demikian juga panggilan-panggilan yang lain, seperti panggilan dakwah, panggilan jihad, dan panggilan kebaikan lainnya. Sebelum datang panggilan Allah yang tidak dapat ditawar-tawar lagi kehadirannya, yakni panggilan kematian. Sementara mereka yang masih hidup pun hanya sanggup berucap, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami kembali.

Isi di ambil dari www.republika.co.id

Bersama Kesulitan Ada Kemudahan


“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”

Sahabat dunia islam, salam sejahtera bagi kita semua, dalam hidup pasti tidak luput dari yang namanya masalah, bahkan ada yang bilang jangan hidup kalau tidak punya masalah.

Berbicara tentang masalah memang sangat komplek, tergantung dari manusia yang menjalani, ada yang punya masalah dalam bidang finansial, masalah keluarga, teman dan sebagainya. Bahkan sampai rumitnya masalah kita menjadi putus asa dalam menjalani kehidupan.

Sering kali diantara kita sahabat dunia islam, lupa bahwa ujian itu datangnya dari Allah dan hanya Allahlah yang akan memberikan jalan keluarnya, bahkan Allah sudah meyakinkannya lewat Al Qur’an di dua ayat 5 dan 6 surat Al Insyirah (94): “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (5). Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (6).”

Allah sampai mengulang dua kali ayat tersebut. Hal ini merupakan sebuah penegasan akan janjiNya dan maka janganlah khawatir janji Allah selalu nyata.

Tapi dalam menghadapi setiap kesulitan yang diberikan kita tidak lantas hanya menanti dan menanti hingga datangnya kemudahan yang dijanjikan itu. Ada beberapa hal yang jangan sampai terlupakan dalam penantian tersebut, yaitu sebagai berikut:

Pertama, Luruskan Niat dan Ber Doa

Sebelum kita memulai aktifitas pekerjaan kita harus meluruskan Niat, untuk siapa dan untuk ada tujuan kita melakukan pekerjaan. Setiap pekerjaan pasti akan di hadang dengan Kesulitan tetapi atas dasar niat yang baik dan selalu memualai pekerjaan dengan berdoa maka kesulitan atan terasa mudah dijalanai. Kesulitan yang dialami adalah atas dasar kehendak Allah, untuk itu hanya kepada Allahlah dikembalikan segala urusan dan hanya kepada Allahlah kita bisa memohon dimudahkan dengan cara berdoa.

Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS: Gafir 40:60)

Kedua, Shalat

Shalat adalah bentuk ibadah dimana setiap gerakan dan bacaannya adalah doa.shalat juga sebagai bentuk rasa sukur kita kepada Allah SWT, Ada bentuk komunikasi yang tercipta antara hamba dengan Tuhannya, dalam sholat kita bisa curhat, menceritakan setiap keluh kesah yang ada. Tapi jangan hanya saat kesulitan saja mengerjakan sholat, dalam keadaan apapun sholat wajib dikerjakan, bahkan kalau bisa ditambah dengan sholat-sholat sunnah, karena sesungguhnya sholat adalah tiang agama, jika tiangnya kokoh maka bangunan ibadah lainnya semoga ikut baik.

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan sholat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS: Al Baqarah 2:45)

Ketiga, Sabar

Sabar tak ada batasnya, sabar tak mengenal batas waktu dan bersabarlah hingga Allah menetapkan ketetapan terbaiknya, hingga Allah memperlihatkan jalan keluar setiap ujian, kemudahan dari kesulitan.

“Dan bersabarlah (Muhammad) menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika engkau bangun,(48) dan pada sebagian malam bertasbihlah kepada-Nya dan (juga) pada terbenamnya bintang-bintang (pada waktu fajar).” (49) (QS At Tur 52:48-49)

Keempat, Ikhtiar

Ikhtiar di sini adalah mengerjakan suatu pekerjaan dengan sungguh sungguh dan semaksimal mungkin. Dalam menghadapi kesulitan bukan berarti hanya menanti turunnya hujan dari langit, hanya berharap tiba-tiba terselesaikan. Perlu adanya ikhtiar semaksimal mungkin untuk menghadapi setiap masalah, untuk menyelesaikannya

“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…” (QS: Ar Ra’d 13:11)

Kelima, Tawakal

Tawakal adalah berserah diri kepada Allah. Setelah melakukan usaha sebaik dan semaksimal mungkin, karena hanya Allahlah yang akan memberikan hasil terbaik dari setiap ikhtiar yang dibarengi dengan doa, sabar dan sholat.

“ Jika Allah menolong kamu, maka tidsak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu selain itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS: Al Imran 3:160).

Kisah Tauladan Sahabat Nabi, Zahid ra Yang Mengharukan



Kisah Tauladan – Sahabat dunia islam, Banyak sekali kisah tauladan pada zaman Rasullah dan sahabat nabi yang bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk menambah keimanan kita semua salah satunya Kisah tauladan sahabat nabi yang bernama zahid ra. Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.
“Wahai saudaraku Zahid, selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah SAW menyapa.

“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.
“Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah,” kata Rasulullah SAW.
Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”
” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!” kata Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah Said. Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.

“Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku.”
Said menjawab, “Adalah suatu kehormatan buatku.”
Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.

Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?”
Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong.”
Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini. bukankah lebih disuruh masuk?”

“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya,” kata ayahnya.
Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata, “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah..!” dan Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”

Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama rasul?”

Akhirnya Said berkata, “Ini yang melamarmu adalah perintah Rasulullah.”
Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan pemuda ini.

Karena ingat firman Allah dalam Al-Quran surat 24 : 51. Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 24:51)”

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.

“Bagaimana Zahid?”
“Alhamdulillah diterima ya rasul,” jawab Zahid.
“Sudah ada persiapan?”
Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasul, kami tidak memiliki apa-apa.”

Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan. Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.

Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, “Ada apa ini?”
Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengerti?”.

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda yang terbagus.”
Para sahabat menasehatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?”
Zahid menjawab dengan tegas, “Itu tidak mungkin!”

Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut, Jika bapak-bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. 9:24).

Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati syahid di jalan Allah. Rasulullah berkata, “Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah.”

Lalu Rasulullah membacakan Al-Quran surat 3 : 169-170 dan 2:154). Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS 3: 169-170).

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS. 2:154).

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfah pun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”

duniaislam.org

Keutamaan Membaca Al-Quran


Kajian Islam – Pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari Keutamaan membaca Al Quran. Pertanyaan muncul, Sudahkah anda membaca al quran hari ini? Berapa ayatkah yang anda baca setiap hari? Ataukah sama sekali anda lupa atau dengan sengaja mengabaikannya?

Kadang tanpa kita sadari, dengan bertambah banyaknya aktifitas keseharian kita, seolah kita lupa dengan Al Quran yang kita taruh di atas meja kita, lemari atau munngkin dalam saku kita.

Seakan hanya sekedar menjadi hiasan maupun pajangan diantara buku-buku dan majalah lainnya astaghfirullah.. Sungguh rugi bagi mereka yang jauh dari lantunan dan bacaan al quran.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya barang siapa yang dalam dirinya tiada bacaan al quran maka ia seperti halnya rumah yang roboh”

Keutamaan Membaca Al Quran dalam islam adalah;

1. Sebaik-baik manusia yang mempelajari dan mengajarkan alquran
Sabda Nabi Muhammad saw: “Sebaik-baik kalian adalah siapa yang memperlajari al-Qur’an dan mengamalkannya.” (HR. Bukhari)

2. Pahala membaca Al Quran

Sabda Nabi Muhammad saw: “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR. At-Tirmidzi).

3. Keutaman membaca Al Quran, Menghafalnya dan pandai membacanya

Sabda Nabi Muhammad saw: “Perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia hafal dengannya bersama para malaikat yang suci dan mulia, sedang perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia senantiasa melakukannya meskipun hal itu sulit baginya maka baginya dua pahala.” (Muttafaq ‘alaih).

4. Pahala bagi orang yang anaknya mempelajari Al Quran

“Siapa saja membaca al-Qur’an, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan kepada kedua orang tuanya pada hari kiamat mahkota dari cahaya dan sinarnya bagaikan sinar matahari, dan dikenakan pada kedua orang tuanya dua perhiasan yang nilainya tidak tertandingi oleh dunia. Keduanya pun bertanya, ‘bagaimana dipakaikan kepda kami semuanya itu?’ Dijawab, ‘karena anakmu telah membawa al-Qur’an”. (HR. Al-Hakim).

5. Al Quran memberi syafa’at kepada ahlinya di akhirat

Sabda Nabi Muhammad saw: “Bacalah al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada para ahlinya.” (HR. Muslim) Dan sabda beliau Nabi Muhammad saw: “Puasa dan Al-Qur’an keduanya akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat…” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).

6. Pahala bagi orang yang berkumpul untuk membaca dn mengkajinya

Nabi Muhammad saw bersabda: “Tidak berkumpul sauatu kaum di salah satu rumah Allah SWT, sedang mereka membaca kitab-Nya dan mengkajinya, melainkan mereka akan dilimpahi ketenangan, dicurahi rahmat, diliputi para malaikat, dan disanjungi oleh Allah di hadapan para makhluk dan di sisi-Nya.” (HR. Abu Dawud).

7. Dapat menentramkan hati

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS.13:28).

8. Dapat menyembuhkan penyakit

“Hendaknya kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Al-Qur’an” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud).

9. Pembaca Al Quran dikurniakan hatinya dengan cahaya oleh Allah SWT dan dipeliharanya dari kegelapan

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra yang maksudnya: “Bahwa Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang medengar satu ayat daripada Kitab Allah Ta’ala (al-Qur’an) ditulis baginya satu kebaikan yang berlipat ganda. Siapa yang membacanya pula, baginya cahanya di hari kiamat.”

10. Pembaca Al Quran memperoleh kemulian dan diberi rahmat kepada ibu bapaknya

Nabi Muhammad saw bersabda maksudnya: “Siapa yang membaca Al-Qur’an dan beramal dengan isi kandungannya, dianugerahkan kedua ibu bapaknya mahkota di hari kiamat. Cahayanya (mahkota) lebih baik dari cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Kalaulah demikian itu matahari berada di rumahmu (dipenuhi dengan sinarnya), maka apa sangkaan kamu terhadap yang beramal dengan ini (al-Qur’an).” (HR. Abu Daud).

11. Pembaca Al Quran memperoleh kedudukan yang tinggi dalam syurga

Bersabda Rasulullah saw yang maksudnya: Dikatakan kepada pembaca al-Qur,an: “Bacalah (al-Qur’an), naiklah (pada darjat-darjat syurga) dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan tartil didunia. Sesungguhnya kedudukan drajatmu sehingga kadar akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Ahmad).

12. Membaca satu huruf Al Quran akan memperoleh sepuluh kebaikan

Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang membaca satu huruf kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).

13. Orang yang membaca Al Quran secara terang-terangan seperti bersedekah secara terang-terangan

Rasulullah saw bersabda: “Orang yang membaca Al-Qur’an terang-terangan seperti orang yang bersedekah terang-terangan, orang yang membaca Al-Qur’an secara tersembunyi seperti orang yang bersedekah secara sembunyi.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i, lihat shahihul jaami’:3105).

14. Al Quran akan menjadi syafaat bagi orang yang membacanya

Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu hadistnya “Bacalah Al Quran karena ia akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafaat kepada orang yang telah membaca dan mengamalkan isinya”

15. Al Quran adalah cahaya ditengah kegelapan

Sabda Rasulullah saw,”Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh.” (HR. Baihaqi)

16. Ahlul Quran adalah keluarga Allah SWT

Sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.’ Beliau saw ditanya,’Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau saw menjawab,’mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

17. Yang mahir membaca dia akan bersama malaikat, dan yang terbata-bata mendapat dua pahala

Sabda Rasulullah SAW “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an kelak (mendapat tempat disurga) bersama para utusan yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dan masih terbata-bata, dan merasa berat dan susah, maka dia mendapatkan dua pahala.”

Dua pahala ini, salah satunya merupakan balasan dari membaca Al-Qur’an itu sendiri, sedangkan yang kedua adalah atas kesusahan dan keberatan yang dirasakan oleh pembacanya.

Baca Juga : Keutamaan Mempelajari Al Quran

Demikian beberapa keutamaan yang Allah berikan kepada orang-orang yang membaca al quran sekaligus mengamalkan isi kandungannya. Semoga tulisan ini dapat mengingatkan kita untuk selalu membaca al quran kapan dan dimanapun berada. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah, tidak akan bisa dimasuki setan.” (HR. Muslim)

Bacalah al quran… bacalah dan amalkanlah kandungan isi yang ada dalam al quran itu, niscaya kita semua nantinya akan termasuk orang- orang yang beruntung kelak dihari akhir nanti. semoga dengan membaca artikel di atas bisa menambah wawasan dunia islam kita.

Bekerja di Ketinggian



Alasan Safety Talk:
Lebih dari 50 persen penyebab kejadian fatal di sektor industri adalah terjatuh saat bekerja di ketinggian.

Poin – poin utama Safety Talk:

• Pastikan setiap pekerjaan di ketinggian yang anda kerjakan telah memiliki dokumen ijin kerja aman yang telah disetujui
• Pastikan bahwa anda telah memiliki kompetensi dalam melakukan pekerjaan di ketinggian
• Pekerjaan di ketinggian seharusnya bukan pekerjaan yang kontinyu atau dilakukan dalam waktu yang lama. Semua pekerjaan yang bisa dilakukan di bawah, lakukan terlebih dahulu. Jangan membawa pekerjaan terlalu banyak ke atas
• Pastikan anda menggunakan akses jalan yang benar dan aman untuk menuju ke lokasi pekerjaan di ketinggian
• Pastikan lantai kerja yang digunakan telah diperiksa dengan baik, kuat, dan aman. Jangan menyimpan bahan dan alat kerja yang berlebihan di lantai kerja
• Jangan melepas atau merubah handrails yang telah tersedia
• Sabuk pengaman harus digunakan di tempat kerja di mana tidak memungkinkan untuk memasang lantai kerja yang aman atau sistem panahan jatuh lainnya
• Periksalah dengan baik sabuk pengaman yang akan digunakan. Jika ada kerusakan, segera laporkan pada atasan anda
• Sabuk pengaman yang disediakan oleh perusahaan harus dirawat dan dijaga dengan baik
• Pastikan lokasi kerja anda telah diisolasi dengan baik. Gunakan barricade line untuk menandai area kerja
• Jangan melintas di bawah area tersebut jika sedang ada pekerjaan di ketinggian
• Patuhi semua peringatan dan himbauan yang tertera dalam papan keselamatan

“50 % DARI KECELAKAAN FATAL ADALAH AKIBAT TERJATUH DARI KETINGGIAN”

“JANGAN SAMPAI HAL ITU MENIMPA ANDA”

Bahaya Terpeleset , Tersandung, dan Terjatuh



Alasan Safety Talk:
Terpeleset, tersandung, dan terjatuh adalah beberapa penyebab kecelakaan yang paling umum di area kerja industri. Penyebab – penyebab tersebut bisa saja berakibat fatal terhadap pekerja.

Poin – poin utama Safety Talk:

• Fokuslah terhadap lokasi yang akan anda tuju, tugas yang akan anda kerjakan, dan perhatikan segala sesuatu yang ada di jalur jalan anda
• Harapkan apa yang tidak diharapkan
• Jika menemukan kondisi berbahaya, coba perbaiki dan informasikan kepada atasan anda
• Gunakanlah sepatu saat bekerja
• Hindari menggunakan celana panjang yang longgar, itu bisa menyebabkan anda tersandung
• Berjalan dengan hati – hati. Jangan berlari
• Keringkan kaki atau sepatu anda setelah keluar dari kamar mandi atau area kerja yang basah
• Laporkan kepada atasan anda jika menemukan kondisi lampu yang mati atau tidak berfungsi di area kerja. Kondisi area kerja yang gelap akan sangat berbahaya
• Perhatikan dengan baik jika melalui jalan dengan lantai yang rusak misal keramik pecah, ada lubang, dan sebagainya
• Posisikan kedua tangan anda dengan baik. Jangan berjalan dengan kedua tangan dimasukkan dalam saku. Jaga keseimbangan dengan baik
• Jangan membawa barang berlebihan yang dapat menghalangi pandangan anda
• Berjalan dengan perlahan saat melewati jalan yang licin. Geser telapak kaki anda perlahan dan jangan berbelok secara tiba – tiba
• Jangan memotong jalan. Gunakan jalan yang telah ditentukan
• Gunakan handrail saat menaiki dan menuruni tangga. Perhatikan langkah kaki anda. Jangan tergesa – gesa

“BAHAYA TERPELESET, TERSANDUNG, TERJATUH SELALU MENGANCAM ANDA”

“TETAP WASPADA DAN SELALU BERHATI - HATI”

Keimanan Bisa Bertambah dan Berkurang


Di antara keyakinan yang benar tentang iman adalah bahwasanya iman bisa bertambah dan juga bisa berkurang.

Bertambah dengan sebab ketaatan, berkurang dengan sebab kemaksiatan.

Dalilnya adalah firman Allah,

ِفَزَادَهُمْ إِيمَانًا

“Maka perkataan itu menambah keimanan mereka.” (QS. Ali Imran: 173)

ِلِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ

“Supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang sudah ada).” (QS. Al-Fath: 4)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲ ﻗَﻠْﺒِﻪِ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻣَﺎ ﻳَﺰِﻥُ ﺫَﺭَّﺓً

“Akan keluar dari neraka, orang yang mengucap ‘laa ilaaha illaallah’ (tidak ada tuhan yang berhak disembah
selain Allah) dan di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat dzarrah.” (HR. Muslim: 193)

“Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa iman bertingkat-tingkat. Jika sesuatu bisa mengalami penambahan maka ia bisa juga berkurang, karena konsekuensi dari penambahan adalah sesuatu yang diberi tambahan itu lebih kurang daripada yang bertambah.” (Syarh Lum’atil I’tiqad li Syaikh ’Utsaimin, hlm. 57)

Iman dapat bertambah karena beberapa hal:

Mengenal Allah Ta’ala melalui nama–nama dan sifat-sifat-Nya. Bila seseorang semakin mengenal Allah, keimanannya semakin bertambah.
Memperhatikan ayat-ayat Allah, baik ayat-ayat kauniyah maupun ayat-ayat syar’iyah.
Banyak melakukan ketaatan.
Meninggalkan kemaksiatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.

Adapun hal-hal yang dapat mengurangi keimanan di antaranya:

Berpaling dari mengenal Allah dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya.
Tidak mau memperhatikan ayat-ayat kauniyah dan syar’iyah.
Sedikitnya amal shalih.
Bermaksiat kepada Allah.

(Diringkas dari Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyah li Syaikh ‘Utsaimin, hlm. 449–450)



Disalin dari buku Tiga Pertanyaan Kubur (Syarah Tsalatsatul Ushul), dr. Adika Mianoki, Penerbit Pustaka Muslim, Yogyakarta.

Dengan beberapa pengeditan bahasa oleh Redaksi WanitaSalihah.Com

Artikel WanitaSalihah.Com

Penghalang Azab Allah


Syikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan,

Tatkala seorang mukmin berbuat dosa maka hukumannya akan dihalangi oleh sepuluh sebab berikut:

1. Ia bertaubat kemudian Allah menerima taubatnya. Karena seorang yang bertaubat dari dosa statusnya seperti orang yang tidak punya dosa.

2. Atau ia memohon ampun kepada Allah lalu Allah memberinya ampunan.

3. Atau ia melakukan amal kebaikan yang menghapuskan kejelekan. Karena sesungguhnya kebaikan dapat menghilangkan keburukan.

4. Atau, saudaranya sesama mukmin mendoakannya dan memohonkan ampunan untuknya baik tatkala ia hidup atau mati.

5. Atau, mereka menghadiahkan pahala amal kebaikan untuknya. Yaitu amalan yang Allah tetapkan sebagai amalan yang dapat memberi manfaat untuknya.

6. Atau, ia mendapatkan syafa’at Nabi shallallahu’alaihi wasallam.

7. Atau, Allah Ta’ala memberinya cobaan di dunia dengan berbagai ujian sehingga menghapuskan dosanya.

8. Atau, Allah Ta’ala memberinya cobaan di alam barzakh dengan (suara sangkakala) yang membinasakan kemudian Allah hapuskan dosa karenanya.

9. Atau, Allah Ta’ala memberinya cobaan di hari kiamat dengan berbagai macam huru haranya. Dengannya, Allah hapuskan dosa-dosanya.

10. Atau, ia termasuk manusia yang mendapatkan kasih sayang Ar hamur Raahimin..

Barangsiapa terluput dari sepuluh perkara ini maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang diriwayatkan oleh RasulNya shallallahu’alaihi wasallam,

يَا عِبَادِي إنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوفِيكُمْ إيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إلَّا نَفْسَه

“Wahai hambaKu, itu amal-amalmu, Aku hitung semuanya untukmu, kemudian Aku sempurnakan bagimu. Barangsiap yang mendapatkan kebaikan maka pujilah Allah, dan barangsiapa yang mendapati selain itu maka janganlah mencela selain dirinya sendiri.” (HR. Muslim)

***
Sumber: Majmu’ Fatawa Ibni Taimiyyah , 10/45-46
Ditetjmahkan oleh Tim Penerjemah wanitasalihah.com

Artikeel wanitasalihah.com

Rabu, 27 April 2016

Rezeki Yang Paling Besar


Sebagian kita menyangka bahwa rezeki hanyalah berputar pada harta dan makanan. Setiap meminta dalam do’a mungkin saja kita berpikiran seperti itu.

Perlu kita ketahui bahwa rezeki yang paling besar yang Allah berikan pada hamba-Nya adalah surga (jannah).

Inilah yang Allah janjikan pada hamba-hamba-Nya yang shalih. Surga adalah nikmat dan rezeki yang tidak pernah disaksikan oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah tergambarkan dalam benak pikiran. Setiap rezeki yang Allah sebutkan bagi hamba-hamba-Nya, maka umumnya yang dimaksudkan adalah surga itu sendiri. Hal ini sebagaimana maksud dari firman Allah Ta’ala,

لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

“Supaya Allah memberi Balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rezeki yang mulia.” (QS. Saba’: 4)

وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللهُ لَهُ رِزْقًا

“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya.” (QS. Ath-Thalaq: 11)

Surga yang paling tinggi adalah surga Firdaus sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ

“Jika kalian meminta pada Allah, mintalah pada-Nya surga Firdaus. Surga tersebut adalah surga yang paling utama dan surga yang paling tinggi.” (HR. Bukhari, no. 2790)

Bagaimana cara meraih surga Firdaus tersebut, lakukanlah enam hal berikut:

Khusyu’ dalam shalat.
Meninggalkan hal yang sia-sia.
Menunaikan zakat.
Menjaga kemaluan kecuali pada istri sebagai pasangan yang halal.
Memegang amanat dan janji.
Menjaga shalat.

Perhatikan dalilnya berikut,

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7) وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (9) أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (10) الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (11)

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya,
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
dan orang-orang yang menunaikan zakat,
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[994]; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
dan orang-orang yang memelihara shalatnya.
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
(yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

(QS. Al-Mu’minun: 1-11)

Semoga Allah melapangkan kita rezeki di dunia dan di surga kelak.



@ Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 13 Rajab 1437 H

Oleh Al-Faqir Ila Maghfirati Rabbihi: Muhammad Abduh Tuasikal

Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam

Tafsir Bismillahirrahmanirrahim

Firman Allah:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”

Jar majrur (bi ismi) di awal ayat berkaitan dengan kata kerja yang tersembunyi setelahnya sesuai dengan jenis aktifitas yang sedang dikerjakan. Misalnya anda membaca basmalah ketika hendak makan, maka takdir kalimatnya adalah : “Dengan menyebut nama Allah aku makan”.
Kita katakan (dalam kaidah bahasa Arab) bahwa jar majrur harus memiliki kaitan dengan kata yang tersembunyi setelahnya, karena keduanya adalah ma’mul. Sedang setiap ma’mul harus memiliki ‘amil.
Ada dua fungsi mengapa kita letakkan kata kerja yang tersembunyi itu di belakang:
Pertama : Tabarruk (mengharap berkah) dengan mendahulukan asma Allah Azza wa Jalla.
Kedua : Pembatasan maksud, karena meletakkan ‘amil dibelakang berfungsi membatasi makna. Seolah engkau berkata : “Aku tidak makan dengan menyebut nama siapapun untuk mengharap berkah dengannya dan untuk meminta pertolongan darinya selain nama Allah Azza wa Jalla”.
Kata tersembunyi itu kita ambil dari kata kerja ‘amal (dalam istilah nahwu) itu pada asalnya adalah kata kerja. Ahli nahwu tentu sudah mengetahui masalah ini. Oleh karena itulah kata benda tidak bisa menjadi ‘ami’l kecuali apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Lalu mengapa kita katakan : “Kata kerja setelahnya disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang sedang dikerjakan”, karena lebih tepat kepada yang dimaksud. Oleh sebab itu, Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
وَمَنْ كَانَ لَمْ يَذْبَحْ فَلْيَذْبَحْ بِاسْمِ اللَّهِ- عَلَى اسْمِ اللَّهِ-
“Barangsiapa yang belum menyembelih, maka jika menyembelih hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah“ Atau : “Hendaklah ia menyembelih atas nama Allah”
Kata kerja, yakni ‘menyembelih’, disebutkan secara khusus disitu.

Lafzhul Jalalah (اللهِ).
Merupakan nama bagi Allah Rabbul Alamin, selain Allah tidak boleh diberi nama denganNya. Nama ‘Allah’ merupakan asal, adapun nama-nama Allah selainnya adalah tabi’ (cabang darinya).

Ar-Rahmaan (الرَّحْمنِ)
Yakni yang memiliki kasih sayang yang maha luas. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’laan, yang menunjukkan keluasannya.

Ar-Rahiim (الرَّحِيمِ)
Yakni yang mencurahkan kasih sayang kepada hamba-hamba yang dikehendakiNya. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’iil, yang menunjukkan telah terlaksananya curahan kasih saying tersebut. Di sini ada dua penunjukan kasih sayang, yaitu kasih sayang merupakan sifat Allah, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahmaan’ dan kasih sayang yang merupakan perbuatan Allah, yakni mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang disayangiNya, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahiim’. Jadi, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiiim adalah dua Asma’ Allah yang menunjukkan Dzat, sifat kasih sayang dan pengaruhnya, yaitu hikmah yang merupakan konsekuensi dari sifat ini.
Kasih sayang yang Allah tetapkan bagi diriNya bersifat hakiki berdasarkan dalil wahyu dan akal sehat. Adapun dalil wahyu, seperti yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang penetapan sifat Ar-Rahmah (kasih sayang) bagi Allah, dan itu banyak sekali. Adapun dalil akal sehat, seluruh nikmat yang kita terima dan musibah yang terhindar dari kita merupakan salah satu bukti curahan kasih sayang Allah kepada kita.
Sebagian orang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki ini. Mereka mengartikan kasih sayang di sini dengan pemberian nikmat atau kehendak memberi nikmat atau kehendak memberi nikmat. Menurut akal mereka mustahil Allah memiliki sifat kasih sayang. Mereka berkata: “Alasannya, sifat kasih sayang menunjukkan adanya kecondongan, kelemahan, ketundukan dan kelunakan. Dan semua itu tidak layak bagi Allah”.
Bantahan terhadap mereka dari dua sisi:
Pertama : Kasih sayang itu tidak selalu disertai ketundukan, rasa iba dan kelemahan. Kita lihat raja-raja yang kuat, mereka memiliki kasih sayang tanpa disertai hal itu semua.
Kedua : Kalaupun hal-hal tersebut merupakan konsekuensi sifat kasih sayang, maka hanya berlaku pada sifat kasih sayang yang dimiliki makhluk. Adapun sifat kasih sayang yang dimiliki Al-Khaliq سبحانه و تعالى adalah yang sesuai dengan kemahaagungan, kemahabesaran dan kekuasanNya. Sifat yang tidak akan berkonsekuensi negative dan cela sama sekali.
Kemudian kita katakan kepada mereka : Sesungguhnya akal sehat telah menunjukkan adanya sifat kasih sayang yang hakiki bagi Allah سبحانه و تعالى. Pemandangan yang sering kita saksikan pada makhluk hidup, berupa kasih sayang di antara mereka, jelas menunjukkan adanya kasih sayang Allah. Karena kasih sayang merupakan sifat yang sempurna. Dan Allah lebih berhak memiliki sifat yang sempurna. Kemudian sering juga kita saksikan kasih sayang Allah secara khusus, misalnya turunnya hujan, berakhirnya masa paceklik dan lain sebagainya yang menunjukkan kasih sayang Allah سبحانه و تعالى.
Lucunya, orang-orang yang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki dengan alasan tidak dapat diterima akal atau mustahil menurut akal, justru menetapkan sifat iradah (berkehendak) yang hakiki dengan argumentasi akal yang lebih samar daripada argumentasi akal dalam menetapkan sifat kasih sayang bagi Allah. Mereka berkata : “Keistimewaan yang diberikan kepada sebagian makhluk yang membedakannya dengan yang lain menurut akal menunjukkan sifat iradah”. Tidak syak lagi hal itu benar. Akan tetapi hal tersebut lebih samar disbanding dengan tanda-tanda adanya kasih sayang Allah. Karena hal tersebut hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang pintar. Adapun tanda-tanda kasih sayang Allah dapat diketahui oleh semua orang, tidak terkecuali orang awam. Jika anda bertanya kepada seorang awam tentang hujan yang turun tadi malam : “Berkat siapakah turunnya hujan tadi malam ?” Ia pasti menjawab : “berkat karunia Allah dan rahmatNya”

MASALAH
Apakah basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah ataukah bukan ?

Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat. Ada yang berpendapat bahwa basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah, harus dibaca jahr (dikeraskan bacaannya) dalam shalat dan berpendapat tidak sah shalat tanpa membaca basmalah, sebab masih termasuk dalam surat Al-Fatihah.
Sebagian ulama lain berpendapat, basmalah tidak termasuk dalam surat Al-Fatihah. Namun ayat yang berdiri sendiri dalam Al-Qur’an.
Inilah pendapat yang benar. Pendapat ini berdasarkan nash dan rangkaian ayat dalam surat ini.
Adapun dasar di dalam nash, telah diriwayatkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda : Allah سبحانه و تعالى berfirman:
قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي، فَإِذَا قَالَ {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ. صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
“Aku membagi shalat (yakni surat Al-Fatihah) menjadi dua bagian, separuh untuk-Ku dan separuh untuk hamba-Ku. Apabila ia membaca: “Segala puji bagi Allah”. Maka Allah menjawab: “Hamba-Ku telah memuji-Ku”. Apabila ia membaca: “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Maka Allah menjawab: “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku”. Apabila ia membaca: “Penguasa hari pembalasan”. Maka Allah menjawab: “Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku”. Apabila ia membaca: “Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”. Maka Allah menjawab: “Ini separoh untuk-Ku dan separoh untuk hamba-Ku”. Apabila ia membaca: “Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. Maka Allah menjawab : “Ini untuk hamba-Ku, akan Aku kabulkan apa yang ia minta”
Ini semacam penegasan bahwa basmalah bukan termasuk dalam surat Al-Fatihah. Dalam kitab Ash-Shahih diriwayatkan dari Anas bin Malik رضي الله عنه, ia berkata :
صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِ {الْحَمْد لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} لَا يَذْكُرُونَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِي أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلَا فِي آخِرِهَا
“Aku pernah shalat di belakang Nabi صلی الله عليه وسلم, Abu Bakar, Umar dan Utsman رضي الله عنهم. Mereka semua membuka shalat dengan membaca: “Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamin” dan tidak membaca: ‘Bismillaahirrahmaanirrahiim” di awal bacaan maupun di akhirnya.
Maksudnya mereka tidak mengeraskan bacaannya. Membedakan antara basmalah dengan hamdalah dalam hal dikeraskan dan tidaknya menunjukkan bahwa basmalah tidak termasuk dalam surat Al-Fatihah.

http://ibnumajjah.wordpress.com/

Selasa, 26 April 2016

Menikah Tidak Harus Menunggu Sarjana

Sebagian pemuda yang sudah mampu menikah dan sudah punya kemampuan finansial, namun sengaja menunda nikah. Padahal menikah tak melihat pada umur. Menikah tak juga menunggu sampai dapat gelar, tak mesti menunggu hingga diwisuda sarjana.

Coba perhatikan saja di kalangan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada ‘Amr bin Al ‘Ash dan anaknya, ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash. Kalau dilihat ternyata umur keduanya –antara bapak dan anak- hanya terpaut sepuluh atau sebelas tahun. Bayangkan di usia berapa ‘Amr itu menikah? Sangat-sangat belia.

Dari situ Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin menyatakan, “Untuk zaman ini, tidak mungkin seseorang menikah di bawah dua puluh tahun, biasanya di atas umur tersebut. Bahkan yang menikah dini –di bawah dua puluh tahun- malah jadi ‘aib. Ini jelas anggapan keliru. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengaitkan menikah dengan umur. Beliau hanya mengatakan,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ

“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah (kemampuan untuk menikah), maka menikahlah.” (HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400). Sehingga pemahaman yang ada pada kalangan muda bahwa menikah haruslah menunggu hingga selesai sekolah, keliru besar. Pemahaman ini harus diluruskan. Karena anggapan seperti itu bertentangan dengan dalil yang menyatakan bahwa siapa yang sudah punya kemampuan, maka menikahlah.

Sekali lagi, menikah tidaklah mesti menunggu hingga selesai kuliah. Pemahaman seperti itu adalah pemahaman keliru. Nikah sama sekali tidak menghalangi orang untuk kuliah. Bahkan ada yang dengan menikah, barulah ia bisa merampungkan kuliahnya.” (Fathu Dzil Jalali wal Ikram, 4: 229).

Jadi bagi Anda yang sudah mampu menikah, jangan tunda-tunda. Apalagi sudah dapat restu orang tua. Semoga Allah mudahkan. Bagi yang belum mampu dari sisi finansial, harap bersabar dan banyak puasa sunnah.


Referensi:

Fathu Dzil Jalali wal Ikram bi Syarh Bulughil Maram, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, terbitan Madarul Wathon, cetakan pertama, tahun 1429 H.



Selesai disusun di Panggang, Gunungkidul, 5 Jumadal Ula 1436 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom


Tema dan logo Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2016 (World Environment Day 2016) mengangkat isu tentang perdagangan ilegal satwa liar. United Nations Environment Programme (UNEP), program lingkungan PBB, yang kemudian mengangkat isu ‘tanpa kompromi dalam memerangi perdagangan ilegal satwa liar’ sebagai isu utama Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) 2016 ini.

Hari Lingkungan Hidup atau World Environment Day (WED) merupakan salah satu kampanye global terbesar terkait pelestarian lingkungan hidup. WED bertujuan untuk menginspirasi setiap orang di bumi untuk mengambil tindakan dalam melestarikan lingkungan hidup. WED diperingati setiap tanggal 5 Juni.

Go Wild for Life, Tema Hari Lingkungan Hidup 2016
Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2016

Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2016

Tema Hari Lingkungan Hidup (World Environment Day) 2016 adalah memerangi perdagangan ilegal satwa liar. Tema ini diwujudkan dalam sebuah slogan, Go Wild for Life. Di mana perdagangan ilegal satwa liar telah menjadi mengikis keanekaragaman hayati di bumi dan mengancam kelangsungan hidup berbagai spesies yang mengagumkan seperti badak, harimau, dan gajah. Satwa-satwa liar tersebut saat ini menjadi hewan langka yang terancam punah.

Go Wild for Life, mengajak semua penduduk bumi untuk memerangi perdagangan ilegal dan tidak memberikan toleransi terhadap perdagangan ilegal satwa liar.
Logo Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2016

Berbeda dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup tahun-tahun sebelumnya yang memiliki logo yang berbeda setiap tahunnya, kali ini United Nations Environment Programme (UNEP) membuat logo khusus untuk peringatan World Environment Day yang akan digunakan secara berkesinambungan.
Logo Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Logo Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Logo tersebut berupa fingerprint (sidik jari) yang berada dalam sebuah lingkaran. Lingkaran ini mengiaskan sebuah dunia. Sedangkan warna-warni dalam gambar sidik jari mewakili keragaman, tidak hanya manusia tetapi juga ekosistem di dunia. Sidik jari juga merepresentasikan individualitas. Sehingga dengan logo tersebut diharapkan menjadikan World Environment Day sebagai kekuatan inspiratif dari tindakan individu yang secara kolektif akan menjadi kekuatan yang besar dalam melakukan perubahan positif terhadap kehidupan di bumi.

Dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup tahun 2016, logo Hari Lingkungan Hidup tersebut disandingkan dengan tema Hari Lingkungan Hidup 2016, Go Wild for Life.
Logo Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2016

Logo Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2016

Di Indonesia sendiri, lebih dari 270 spesies hewan telah terancam punah dengan status Critically Endangered dan Endangered. Dari jumlah tersebut, hewan dari kelas mammalia menduduki peringkat tertinggi dengan jumlah spesies yang terancam mencapai 91 spesies. Disusul oleh beraneka jenis burung (Aves) dengan jumlah spesies terancam mencapai 56 spesies, Malacostraca (26 spesies), Actinopterygii atau ikan bersirip kipas (19 spesies), Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan (16 spesies), Insekta, Anthozoa, dan Reptilia (masing-masing 14 spesies), serta Amphibia (12 spesies).

Beberapa dari ratusan hewan langka di Indonesia itu antara lain:

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri)
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris)
Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas)
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
Kura-kura Hutan Sulawesi (Leucocephalon yuwonoi)
Elang Flores (Nisaetus floris)
Rusa Bawean (Axis kuhlii)
Burung Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis)
Katak Merah (Leptophryne cruentata)
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
Celepuk Siau (Otus siaoensis)
Burung Kacamata Sangihe (Zosterops nehrkorni)
Gagak Banggai (Corvus unicolor)
Tarsius Siau (Tarsius tumpara)
Beruk Mentawai (Macaca pagensis)
Gajah Sumatera (Elephas maximus)
Orangutan Sumatera (Pongo abelii)
Simakobu (Simias concolor)
Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)

Terancam punahnya berbagai spesies satwa liar tersebut salah satunya adalah akibat perburuan untuk diperdagangkan. Perdagangan ilegal satwa liar di Indonesia masih terus masif terjadi. Baca: Jual Beli Hewan Langka.

Jika hal ini terus dibiarkan, akan mengakibatkan kepunahan berbagai spesies satwa liar yang dimiliki Indonesia. Padahal Indonesia menjadi salah satu megabiodiversity, negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia.

So, mari sambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2016 dengan tekad untuk memerangi perdagangan ilegal satwa liar. Go Wild for Life.

Referensi dan gambar: web.unep.org/wed

Minggu, 24 April 2016

Fikih Hudud (3)


PIHAK YANG BERWENANG MELAKSANAKAN HUDUD

Tak ada yang berwenang menegakkan hudûd, kecuali imam, kepala negara, atau wakilnya (aparat pemerintah yang mendapat tugas darinya). Sebab di masa kerasulan, beliaulah yang melaksanakannya. Demikian pula para Khalifahnya sepeninggal beliau Shallalahu alalaihi wa sallam. Rasulullah pernah juga mengutus Unais Radhiyallahu anhu untuk melaksanakan hukum rajam, sebagaimana dalam sabdanya :
وَاغْدُ يَا أُنَيْسُ إِلَى امْرَأَةِ هَذَا فَإِنْ اعْتَرَفَتْ فَارْجُمْهَا
Wahai Unais, berangkatlah menemui isteri orang ini, jika ia mengaku (berzina), maka rajamlah!” (HR al-Bukhâri no. 2147).
Demikian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan para sahabat untuk merajam Mâ'iz, dengan menyatakan :
اذْهَبُوا بِهِ فَارْجُمُوهُ
"Bawalah ia dan rajamlah!" (HR al-Bukhâri no. 6815).
Demikian juga karena penentuan hukuman had dibutuhkan ijtihad dan tidak aman dari kezhaliman, maka wajib dilaksanakan oleh imam atau wakilnya.

LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SAMA DALAM HUDUD

Dalam penerapan hukuman had terhadap wanita sama seperti lelaki, karena pada asalnya semua yang ditetapkan syari'at untuk lelaki juga berlaku untuk wanita sampai ada dalil yang mengkhususkannya. Hal ini umum berlaku dalam ibadah, mu'amalah ataupun dalam hukuman. Namun para ulama memberikan 3 pengecualian, yaitu:
1. Wanita dihukum dengan duduk sedangkan lelaki dengan berdiri.
2. Pakaian wanita diikat sedangkan lelaki tidak.
3. Tangannya di tahan (diikat) hingga tidak terbuka auratnya, sedangkan lelaki tidak.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan: Inilah yang membedakan wanita dengan laki-laki dalam had karena kebutuhan menuntutnya. Kalau tidak, maka pada asalnya wanita sama dengan lelaki.
Demikianlah selintas permasalahan hudûd dalam Islam. Mudah-mudahan dapat memberikan pencerahan kepada kaum Muslimin tentang keindahan dan kelengkapan syari'at Islam. Wabillâhi taufîq.[]

Publication : 1437 H_2016 M

FIKIH HUDUD
Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi حفظه الله

Sumber Almanhaj.Or.Id yang menyalinnya dari
Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIII_1430 H_2009 M

e-Book ini didownload dari www.ibnumajjah.com

Fikih Hudud (2)


HIKMAH PENSYARIATAN HUDUD

Hudûd disyaria'tkan untuk kemaslahatan hamba dan memiliki tujuan yang mulia. Di antaranya adalah:
a. Hukuman dan siksaan bagi orang yang berbuat kejahatan dan membuatnya jera. Apabila ia merasakan sakitnya hukuman ini dan akibat buruk yang muncul darinya, maka ia akan jera untuk mengulangi dan dapat mendorongnya untuk istiqamah serta selalu taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Mâidah/5:38)
b. Mencegah orang lain agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Oleh karena itu Allah Azza wa Jalla memerintahkan untuk mengumumkan had dan melakukannya di hadapan manusia.
وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
Dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS.an-Nûr/24:2).
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan bahwa di antara hikmah hudûd adalah membuat jera pelaku untuk tidak mengulangi dan mencegah orang lain agar tidak terjerumus padanya; serta pensucian dan penghapusan dosa.
c. Hudûd adalah penghapus dosa dan pensuci jiwa pelaku kejahatan tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Ubâdah bin Shâmit Radhiyallahu anhu, ia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَحَوْلَهُ عِصَابَةٌ مِنْ أَصْحَابِهِ بَايِعُونِي عَلَى أَنْ لاَ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا وَلاَ تَسْرِقُوا وَلاَ تَزْنُوا وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ وَلاَ تَأْتُوا بِبُهْتَانٍ تَفْتَرُونَهُ بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ وَلاَ تَعْصُوا فِي مَعْرُوفٍ فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَعُوقِبَ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا ثُمَّ سَتَرَهُ اللَّهُ فَهُوَ إِلَى اللَّهِ إِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ وَإِنْ شَاءَ عَاقَبَهُ فَبَايَعْنَاهُ عَلَى ذَلِك
Ketika di sekeliling beliau ada sekelompok sahabatnya, Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Berjanji setialah kamu kepadaku, untuk tidak akan mempersekutukan Allah Azza wa Jalla dengan sesuatu apa pun, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak membunuh anak-anak kamu dan tidak berbuat dusta sama sekali serta tidak bermaksiat dalam hal yang ma'rûf. Siapa di antara kamu yang menepati janjinya, niscaya Allah Azza wa Jalla akan memberikannya pahala. Tetapi siapa saja yang melanggar sesuatu darinya, lalu diberi hukuman di dunia, maka hukuman itu adalah kafarah (penghapus dosanya). Dan barangsiapa yang melanggar sesuatu darinya lalu ditutupi oleh Allah Azza wa Jallakesalahannya (tidak dihukum), maka terserah kepada Allah Azza wa Jalla; kalau Dia menghendaki diampuni-Nya kesalahan orang itu dan kalau Dia menghendaki, disiksa-Nya.” (Muttafaqun ’alaih: Fat-hul Bâri I/ 64 no: 18, Muslim 3/1333 no: 1709 dan an-Nasâ’i 7/148)
d. Menciptakan suasana aman dalam masyarakat dan menjaganya.
e. Menolak keburukan, dosa dan penyakit pada masyarakat, karena apabila kemaksiatan telah merata dan menyebar pada masyarakat maka Allah Azza wa Jalla akan menggantinya dengan kerusakan dan musibah serta dihapusnya kenikmatan dan ketenangan. Untuk menjaga hal ini maka solusi terbaiknya adalah menegakkan dan menerapkan hudûd. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah Azza wa Jalla merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(QS. ar-Rûm/30:41)
Sehingga Rasulullah bersabda:
لَحَدٌّ يُقَامُ فِيْ الأَرْضِ أَحَبُّ إِلَى أَهْلِهَا مِنْ أَنْ يُمْطَرُوْا ثَلاَثِيْنَ صَبَاحًا
Dari Abû Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah bersabda, “Satu hukuman kejahatan yang ditegakkan di muka bumi lebih dicintai bagi penduduknya daripada mereka diguyur hujan selama tiga puluh hari.” (Hasan ; Shahîh Ibnu Mâjah no; 2057, Ibnu Mâjah 2/848 no : 2538, an-Nasâ’i 8/76).
HUKUM MENEGAKKAN HAD

Diwajibkan kepada wali umur (penguasa) untuk menegakkan dan menerapkan Had kepada seluruh rakyatnya berdasarkan dalil dari al-Qur`ân, Sunnah dan Ijma' serta dituntut qiyas yang shahîh.
Dalil al-Qur`ân di antaranya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Mâidah/5:38)
Dalil Sunnah di antaranya adalah hadits Ubâdah bin Shâmit yang mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:
أَقِيمُوا حُدُودَ اللَّهِ فِي الْقَرِيبِ وَالْبَعِيدِ وَلَا تَأْخُذْكُمْ فِي اللَّهِ لَوْمَةُ لَائِمٍ
“Tegakkanlah hukuman-hukuman (dari) Allah Azza wa Jallakepada kerabat dan lainnya, dan janganlah kecaman orang yang suka mencela mempengaruhi kamu (dalam menegakkan hukum-hukum) karena Allah Azza wa Jalla.” (Hasan: Shahîh Ibnu Mâjah No. 2058 dan Ibnu Mâjah No. 2540)
Demikian juga ulama kaum muslimin sepakat atas hal ini.

TIDAK DIBENARKAN SYAFAAT (REKOMENDASI)PEMBEBASAN HUKUMAN,
BILA SUDAH DIMEJA HIJAUKAN

Apabila perkaranya telah masuk ke pemerintah atau telah dimeja hijaukan, maka dilarang adanya syafaat (rekomendasi) pembebasan atau pengurangan hukuman. Juga pemerintah tidak boleh menerima syafaat dalam hal ini. Hal ini dijelaskan Rasulullah dalam hadits 'Aisyah Radhiyallahu anhuma yang berbunyi:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ فَقَالُوا وَمَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلاَّ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ حِبُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
Dari Aisyah Radhiyallahu anhuma yang mengatakan bahwa kaum Quraisy sangat dipusingkan ihwal seorang perempuan suku Makhzum yang melakukan pencurian. Mereka mengatakan, “Siapa yang bisa berbicara dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yaitu mengemukakan permintaan supaya perempuan itu dibebaskan)?” Tidak ada yang mau berbicara tentang hal itu, kecuali Usamah kesayangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Apakah engkau hendak menolong supaya orang bebas dari hukuman Allah Azza wa Jalla?” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri lalu berkhutbah, “Hai sekalian manusia, orang-orang sebelum kamu menjadi sesat hanyalah disebabkan apabila seorang bangsawan mencuri, mereka biarkan (tidak melaksanakan hukuman kepadanya) dan bila orang miskin mencuri, mereka tegakkan had padanya. Demi Allah Azza wa Jalla, kalaulah seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya Muhammad memotong tangannya.” (Muttafaqun ’alaih)
Dalam hadits yang mulia ini Rasulullah mengingkari orang yang memberi syafaat dalam hukuman had setelah sampai ke pemerintah. Adapun bila belum sampai maka diperbolehkan.
Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: Tidak boleh menggagalkan (hukuman had) dengan syafaat, hadiah dan yang lainnya. Siapa yang menggagalkannya karena hal ini –padahal ia mampu menerapkannya- maka semoga laknat Allah Azza wa Jalla, malaikat dan semua manusia menimpanya.

Publication : 1437 H_2016 M

FIKIH HUDUD
Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi حفظه الله

Sumber Almanhaj.Or.Id yang menyalinnya dari
Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIII_1430 H_2009 M

e-Book ini didownload dari www.ibnumajjah.com

Fikih Hudud (1)


MUQODDIMAH

Allah Subhanahu wa Ta’ala al-Hâkim (Yang Maha Bijaksana) senantiasa menjaga hak-hak manusia dan menjaga kehidupan mereka dari kezhaliman dan kerusakan. Syariat Islam pun ditetapkan untuk menjaga dan memelihara agama, jiwa, keturunan, akal dan harta yang merupakan adh-Dharûriyât al-Khamsu (lima perkara mendesak pada kehidupan manusia). Sehingga setiap orang yang melanggar salah satu masalah ini harus mendapatkan hukuman yang ditetapkan Syari'at dan disesuaikan dengan pelanggaran tersebut.
Salah satunya adalah penegakan hudûd yang menjadi salah satu keistimewaan ajaran Islam dan merupakan bentuk kesempurnaan rahmat dan kemurahan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada makhluknya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan: hudûd berasal dari rahmat untuk makhluk dan kebaikan mereka. Oleh karena itu, sudah sepatutnya orang yang menghukum manusia karena dosa-dosa mereka, bertujuan melakukannya untuk kebaikan dan rahmat kepada mereka, sebagaimana tujuan orang tua membina anak-anaknya dan dokter dalam mengobati orang yang sakit.
PENGERTIAN HUDUD

Hudûd adalah kosa kata dalam bahasa Arab yang merupakan bentuk jamâ’ (plural) dari kata had yang asal artinya pembatas antara dua benda. Dinamakan had karena mencegah bersatunya sesuatu dengan yang lainnya. Ada juga yang menyatakan bahwa kata had berarti al-man’u (pencegah), sehingga dikatakan Hudûd Allah Azza wa Jalla adalah perkara-perkara yang Allah Azza wa Jalla larang melakukan atau melanggarnya .
Menurut syar’i, istilah hudûd adalah hukuman-hukuman kejahatan yang telah ditetapkan oleh syara’ untuk mencegah terjerumusnya seseorang kepada kejahatan yang sama dan menghapus dosa pelakunya.



DELIK HUKUMAN KEJAHATAN
(Jarîmah al-Hudûd)

Kitabullâh dan sunnah Rasul-Nya sudah menetapkan hukuman-hukuman tertentu bagi sejumlah tindak kejahatan tertentu yang disebut jarâimu al-hudûd (delik hukuman kejahatan), yang meliputi kasus; perzinahan, tuduhan berzina tanpa bukti yang akurat, pencurian, mabuk-mabukan, muhârabah (pemberontakan dalam negara Islam dan pengacau keamanan), murtad, dan perbuatan melampui batas lainnya.
Dengan demikian Hudûd meliputi tujuh jenis:
1. Had zina (hukuman Zina) ditegakkan untuk menjaga keturunan dan nasab.
2. Had al-Qadzf (hukuman orang yang menuduh berzina tanpa bukti) untuk menjaga kehormatan dan harga diri.
3. Had al-Khamr (hukuman orang minum khamer (minuman memabukkan) untuk menjaga akal.
4. Had as-Sariqah (hukuman pencuri) untuk menjaga harta.
5. Had al-Hirâbah (hukuman para perampok) untuk menjaga jiwa, harta dan harga diri kehormatan.

6. Had al-Baghi (hukuman pembangkang) untuk menjaga agama dan jiwa.
7. Had ar-Riddah (hukuman orang murtad) untuk menjaga agama.
8. Ta'zîr.

SYARAT PENERAPAN AL-HUDUD

Penerapan Hudûd tidak dilakukan tanpa empat syarat:
1. Pelaku kejahatan adalah seorang mukallaf yaitu baligh dan berakal.
2. Pelaku kejahatan tidak terpaksa dan dipaksa.
3. Pelaku kejahatan mengetahui larangannya.
4. Kejahatannya terbukti dan bahwa ia melakukannya tanpa ada syubhat. Hal ini bisa dibuktikan dengan pengakuannya sendiri atau dengan bukti persaksian orang lain.

Publication : 1437 H_2016 M

FIKIH HUDUD
Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi حفظه الله

Sumber Almanhaj.Or.Id yang menyalinnya dari
Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIII_1430 H_2009 M

e-Book ini didownload dari www.ibnumajjah.com

Jumat, 22 April 2016

Mari Berkendara Dengan Aman



Alasan Safety Talk:
Kecelakaan yang terjadi saat berkendara menjadi salah satu penyumbang angka kematian terbesar di Indonesia. Kebanyakan dari karyawan PT Sayap Mas Utama mengunakan mobil dan motor untuk berangkat dan pulang kerja sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai cara berkendara yang aman dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Poin – poin utama Safety Talk:

Tips Berkendara Yang Aman

Sebelum Berangkat:
• Perhatikan kesehatan anda, apakah dalam kondisi baik untuk mengemudikan kendaraan
• Lengkapi surat – surat kendaraan seperti: SIM (Surat Ijin Mengemudi), STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), buku KIR, dan lainnya
• Periksa kendaraan yang anda pergunakan seperti rem, lampu – lampu, kaca spion, fisik ban, tekanan ban, air radiator, air accu, oli mesin, dan komponen lainnya. Pastikan semua komponen dalam keadaan yang baik
• Gunakan alat – alat keselamatan seperti helm, sabuk pengaman dan alat lainnya dengan baik dan benar
• Tentukan tujuan dan arah bepergian dengan pasti
• Kenalilah peraturan/rambu lalu lintas pada jalan yang akan dilalui

Dalam Perjalanan:
• Taati peraturan dan undang – undang lalu lintas yang berlaku
• Kurangi kecepatan apabila menghadapi tikungan, perempatan, tempat penyebrangan, lintasan kereta api, tempat ramai, tempat keluar masuk kendaraan proyek, perkantoran, pertokoan, dan perumahan
• Memberhentikan kendaraan di depan garis stop dekat zebra cross untuk memberikan kesempatan kepada penyebrang jalan
• Bila akan merubah arah, berhenti, atau jalan, gunakan tanda – tanda yang jelas. Jangan dilakukan secara tiba – tiba
• Apabila hendak berbelok ke arah kanan, dahulukan arus kendaraan yang datang dari arah depan
• Agar selalu menjaga jarak aman dengan kendaraan yang berada di depannya
• Usahakan dapat menguasai keadaan, situasi, dan mengendalikan emosi di jalan
• Jangan mendahului kendaraan dari arah sebelah kiri
• Selalu nyalakan lampu besar di siang hari untuk sepeda motor
• Jangan berkendara dalam pengaruh minuman beralkohol dan obat – obatan
• Jangan menggunakan alat komunikasi seperti hand phone saat berkendara
• Jangan menggunakan satu tangan saat memegang kemudi
• Tetaplah fokus, konsentrasi, dan waspada saat berkendara

“MENGEMUDI DENGAN AMAN – SELAMAT SAMPAI TUJUAN”

“KESELAMATAN DI JALAN – DIMULAI DARI DIRI SENDIRI”

Sunnah Ketika Minum Susu


Sunnah-sunnah Ketika Minum Susu

Posted: 21 Apr 2016 03:28 AM PDT

1. Membaca basmalah sebelum minum

Dari Umar bin Abu Salamah radhiyallahu’anhuma beliau berkata, “Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda kepadaku,

‏”‏سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ‏”

“Bacalah basmalah dan makanlah dengan tangan kananmu.” (HR. Bukhari No. 5376 dan Muslim No. 2022)

Meskipun perintah diatas untuk makan namun berlaku pula ketika minum. Allahua’lam

2. Berdoa setelah minum susu

Doanya,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْهِ وَزِدْنَا مِنْهُ

Allahumma baariklana fiihi wa zidna minhu

(Ya Allah berkahilah kami karena susu ini dan tambahkan kami darinya)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata,

دخلت مع رسول الله – صلى الله عليه وسلم – أنا و خالد بن الوليد على ميمونة، فجاءتنا بإناءٍ من لبنٍ، فشرب رسول الله، وأنا على يمينه وخالد على شماله، فقال لي: «الشربة لك فإن شئت آثرت بها خالداً» فقلت: ما كنت أوثر على سؤرك أحداً، ثم قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم- : «من أطعمه الله الطعام فليقل: اللهم بارك لنا فيه، وأطعمنا خيراً منه. ومن سقاه الله لبناً فليقل: اللهم بارك لنا فيه وزدنا منه» وقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم-: «ليس شيء يجزئ مكان الطعام والشراب غير اللبن».

“Aku bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan Khalid bin Walid masuk ke dalam rumah Maimunah. Kemudian Maimunah menyuguhkan bejana susu. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam meminumnya. Saat itu saya berada di sebelah kanan beliau sementara Khalid sebelah kiri beliau. Lantas Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda kepadaku,
“Sekarang giliranmu untuk minum. Jika engkau mau, engkau boleh menyisakannya untuk Khalid.”
Akupun menjawab,
“Aku tidak akan menyisakan untuk seorangpun bekas minumanmu.”
Kemudian beliau shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
Barangsiapa yang telah Allah beri makanan hendaknya membaca,

اللهم بارك لنا فيه، وأطعمنا خيراً منه

Allahumma baarik lana fiihi, wa ath’imna khairan minhu.
(Ya Allah berkahilah kami karena makanan ini. Dan berilah kami makanan yang lebih baik darinya.)

Dan barangsiapa yang Allah beri minum susu hendaknya membaca,

اللهم بارك لنا فيه وزدنا منه

Allahumma baariklana fiihi wa zidna minhu.
(Ya Allah berkahilah kami karena susu ini dan tambahkan darinya untuk kami)

Kemudian Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Tidak ada sesuatupun yang menyamai status makanan dan minuman selain susu.”

(HR. Imam Ahmad No. 303 dalam Musnadnya tahqiq Ahmad Syakir. Sanadnya Shahih. Diriwayatkan pula dalam Shahih At Tirmidzi oleh Syaikh Al Albani No. 3455 dengan sanad hasan)

3. Berkumur-kumur setelah minum susu

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam minum susu kemudian beliau berkumur-kumur. Lantas bersabda,

إن لـه دسمًا

“Sesungguhnya susu itu memiliki lemak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Hajar berkata dalam Al Fath,

(فيه بيان العلة للمضمضة من اللبن فيدل على استحبابها من كل شيء دسم) .

“Hadis ini menjelaskan sebab beliau berkumur-kumur usai minum susu. Ini menunjukkan disunnahkan berkumur-kumur dari semua makanan yang berlemak.”


****
Sumber:www.ahlalhdeeth.com
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah wanitaslihah.com
artikel wanitasalihah.com

Laporkan Nearmiss di Tempat Kerja


Alasan Safety Talk:
Near Miss adalah suatu keadaan dimana apabila terjadi sedikit saja penyimpangan akan menimbulkan kecelakaan yang mengakibatkan kerugian harta benda, proses, manusia dan lingkungan.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Frank E. Bird Peterson tentang Piramida Kecelakaan, disampaikan bahwa 10.000 perbuatan dan kondisi tidak aman serta berbahaya akan menghasilkan 600 kejadian nyaris celaka atau yang biasa kita kenal dengan near miss. Apabila kejadian near miss ini akan terpenuhi secara kuantitas, maka akan menghasilkan 30 kasus dengan kriteria kerusakan properti (property damage) dan kecelakaan ringan

Poin – poin utama Safety Talk:

Mengapa anda perlu melaporkan near miss?
1. Jika near miss dibiarkan, maka peluang terjadinya kecelakaan di tempat kerja akan semakin besar. Biasanya near miss yang dilaporkan dapat disebabkan oleh kondisi dan perbuatan tidak aman.
2. Laporan yang diberikan merupakan dasar dalam melakukan investigasi untuk menemukan cara kerja yang lebih aman dan lingkungan kerja yang lebih kondusif serta selamat
3. Data yang diterima merupakan bahan analisis trend kerawanan yang ada di tempat kerja sehingga proses perbaikan dapat dilakukan sesuai prioritas frekuensi / kekerapan kejadian kasus. Dengan demikian diharapkan perbaikan yang dilakukan akan tepat pada sasaran dan rantai kecelakaan dapat diputus
4. Laporan yang kita berikan merupakan bentuk komitmen kita dalam bidang keselamatan serta kontribusi dalam menekan jumlah kecelakaan sebagai bukti bahwa proses budaya keselamatan kerja sudah dilaksanakan dengan baik di perusahaan.
Contoh near miss di tempat kerja:

Menumpang di unit forklift. Misal ceritanya seperti ini: si A menumpang unit forklift dengan kode X, dia duduk di tepian kursi operator. Saat forklift berjalan, tak sengaja kaki si A tergelincir dari pijakannya dan hampir saja terjatuh. “Untungnya” tangan si A secara reflex meraih salah satu besi rangka unit forklift tersebut dan si A tidak jadi terjatuh.

Terpeleset di saat menaiki tangga. Misal ceritanya seperti ini: Si B sedang menaiki tangga di plant Z. Tangan si B tidak memegang hand rail tangga. Tak sengaja, ada ceceran bahan kimia di salah satu anak tangga, kaki si B terpeleset dan hampir terjatuh. “Untungnya” tangan si B secara reflex meraih hand rail dan si B tidak jadi terjatuh.

Coba tanyakan pada karyawan mengenai contoh near miss yang lain.

Tips:
Salah satu cara mudah mengenali near miss adalah jika anda menghembuskan nafas lega dan kemudian berkata “hampir saja…” “untung saja…”
maka anda sudah menambah 1 buah data statistik near miss.

“MARI LAPORKAN NEARMISS SEBAGAI BENTUK KONTRIBUSI KITA TERHADAP K3 DAN PENCAPAIAN LINGKUNGAN KERJA YANG AMAN!”

Kamis, 21 April 2016

Iman Kepada KITAB-KITAB


Iman Kepada
KITAB-KITAB
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin رحمه الله

Publication : 1437 H, 2016 M
Iman Kepada KITAB-KITAB
Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
Disalin dari Kitab 'Aqidah AhlusSunnah wal Jama'ah' hal 46-52 dan 86-87,
Yayasan Al-Sofwa-Jakarta, 1995 M
e-Book ini didownload dari www.ibnumajjah.wordpress.com

Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan kepada para rasul-Nya kitab-kitab sebagai hujjah buat umat manusia dan sebagai pedoman hidup bagi orang-orang yang mengamalkannya, dengan kitab-kitab itulah para rasul mengajarkan kepada umatnya kebenaran dan membersihkan jiwa mereka dari kemusyrikan.
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan kitab kepada setiap rasul, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ...
"Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia melaksanakan keadilan ..." (QS. Al-Hadid/57: 25)
Dari kitab-kitab itu, yang kita kenal ialah:
1. Taurat, yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Musa 'Alaihissalam. Merupakan kitab terpenting bagi Bani Israil. Firman Allah:
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ...
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat yang berisi petunjuk dan nur, dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri (kepada Allah), oleh orang-orang 'alim dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka telah diperintahkan untuk memelihara kitab Allah dan mereka menjadi saksi atasnya ..." (QS. Al-Ma'idah/5: 44)
2. Injil, diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Isa 'Alaihissalam, sebagai pembenar dan pelengkap Taurat. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
... وَآتَيْنَاهُ الإنْجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
"... Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) Injil yang berisi petunjuk dan nur. dan sebagai pembenar kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, serta sebagai petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang ber-taqwa." (QS. Al-Ma'idah/5: 46)
وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلأحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ...
"Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu...." (QS. Al 'Imran/3: 50)
3. Zabur, kitab yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Daud 'Alaihissalam.
4. Shuhuf (lembaran-lembaran) yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Musa, 'Alaihimash-shalatu Wassalam.
5. Al-Qur'an Al-Azhim, kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, penutup para nabi. Firman Allah:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ...
"Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil..." (QS. Al-Baqarah/2: 185)
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ...
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Kitab (al-Qur'an) ini dengan membawa kebenaran, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadi saksi atas-nya ..." (QS. Al-Ma'idah/5: 48)
Maka dengan diturunkannya Al-Qur'an, Allah mencabut keberlakuan hukum kitab-kitab yang sebelumnya dan menjamin untuk memeliharanya dari tindakan jahat orang-orang yang mau merusaknya serta orang-orang yang ingin mengubahnya, karena Al-Qur'an akan tetap lestari menjadi bukti yang nyata bagi seluruh makhluk sampai datang hari kiamat nanti. Firman Allah ‘Azza wa Jalla:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz-Dzikir (Al-Qur'an) dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS. Al-Hijr/15: 9)
Adapun kitab-kitab yang terdahulu sifatnya adalah sementara, berakhir dengan turunnya kitab lain yang menghapuskan masa keberlakuan hukumnya serta menerangkan penyelewengan dan perubahan yang telah terjadi padanya. Untuk itu maka kitab-kitab tersebut tidak mendapatkan jaminan perlindungan dari Allah sehingga mengalami perubahan, penambahan dan pengurangan, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ...
"Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah kalimat-kalimat (Allah dalam Taurat) dari tempat-tempat yang sebenarnya ..." (QS. An-Nisa'/4: 46)
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ
"Maka amat celakalah bagi orang-orang yang menulis al-kitab (Taurat) dengan tangan mereka sendiri, kemudian mereka berkata: 'Ini berasal dari Allah' (dengan maksud) untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka amat celakalah bagi mereka. karena apa yang dltulis oleh tangan mereka. dan amat celaka pula bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Baqarah/2: 79)
... قُلْ مَنْ أَنْزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاءَ بِهِ مُوسَى نُورًا وَهُدًى لِلنَّاسِ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا...
"... Katakanlah: 'Siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia? Kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang cerai-berai, kamu perlihatkan (sebagian)nya dan kamu sembunyikan sebagian besarnya ..." (QS. Al-An'am/6: 91)
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ. مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ...
"Sesungguhnya, di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya dalam membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukanlah dari Al-Kitab dan mereka mengatakan: 'la (yang dibacanya itu datang) dari sisi Allah', padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui. Tidak patut bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian lalu ia berkata kepada manusia: 'Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah ..." (QS. Al-Imran/3: 78-79)
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ. يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ. لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا يخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
"Hai Ahli Kitab! Sungguh telah datang kepadamu rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak (hal) yang telah kamu sembunyikan dari Al-Kitab dan membiarkan banyak (hal) yang lain. Sungguh telah datang kepadamu dari Allah cahaya dan kitab yang menerangkan (Al-Qur'an). Dengan kitab itu Allah menunjuki siapa yang mengikuti keridhaan-Nya kepada jalan keselamatan dan mengeluarkannya dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya serta menunjukinya kepada jalan yang lurus (agama Islam). Sungguh, telah kafirlah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putera Maryam.' Katakanlah: 'Maka siapakah gerangan yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putera Maryam beserta ibunya dan siapa saja yang ada di bumi ini semuanya? Hanya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Ma'idah/5: 15-17)
Hasil dan Manfaat Beriman Kepada Kitab-Kitab, antara lain:
1. Mengetahui rahmat (kasih-sayang) Allah dan perhatian-Nya kepada umat manusia dengan menurunkan bagi setiap umat suatu kitab untuk menunjuki mereka.
2. Mengenal bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Bijaksana, karena telah menetapkan dalam kitab-kitab ini syariat yang sesuai dengan kondisi masing-masing umat serta telah menjadikan kitab terakhir, Al-Qur'an Al-'Azhim, sesuai untuk umat manusia pada segala zaman dan tempat sampai hari kiamat.
3. Mensyukuri ni'mat Allah atas diturunkannya kitab-kitab tersebut.[]

Kaidah Seputar Dzikir dan Doa (4)


Kaidah 6: Dzikir dan Do’a Berlandaskan Hadits Shahih

Dzikir dan do’a yang boleh diamalkan (hanyalah) doa dan dzikir yang berlandaskan hadits yang shahih. Sebaliknya jika haditsnya lemah, maka tidak boleh diamalkan

Alangkah bagusnya yang diriwayatkan oleh Imam al-Harawi rahimahullah dalam kitab Dzammul Kalam (4/68),
“Bahwasanya ‘Abdullah bin al-Mubarak suatu ketika pernah tersesat disuatu jalan ketika bepergian, sebelumnya telah sampai kabar kepadanya, ‘Barangsiapa yang terjepit dalam kesusahan kemudian berseru, ‘Wahai hamba Allah, tolonglah aku,’ maka ia akan ditolong.’ Abdullah bin al-Mubarak berkata, ‘Maka akupun mencari hadits tersebut agar aku dapat meneliti sanadnya.'”

Al-Harawi mengomentari dengan perkataannya, “‘Abdullah bin al-Mubarak tidak memperbolehkan dirinya untuk berdo’a dengan suatu doa yang tidak ia ketahui sanadnya.”

Syaikh al-Albani rahimahullah membawakan perkataan diatas dalam kitabnya Silsilah al-Ahaadiits adh-Dha’iifah wal Mau-dhuu’ah (2/109, no. 655). Lalu beliau berkomentar, “Demikianlah hendaknya bentuk ittiba’ (mengikuti Rasul shallallahu’alaihi wasallam-ed).”

Kaidah 7: Percobaan Bukanlah Dalil

Sebagaimana kaidah sebelumnya bahwa dzikir dan do’a harus berlandaskan hadits yang shahih, demikian pula tidak boleh mengamalkan do’a dan dzikir yang lemah, sekalipun sudah pernah dicoba dan terbukti (dikabulkan-ed) . Sebagai contoh adalah do’a yang berbunyi:

إذا انفلتت دابة أحدكم بأرض فلاة فليناد
يَا عِبَادِ اللهِ احْبَسُوْا عَلَيَّ، يَا عِبَاد الله احْبَسُوْا عَلَيَّ،
فإنّ لله في الأرض حاضرا سيحبسه عليكم

“Apabila hewan kendaraan kalian lepas ditanah luas, maka hendaklah ia memanggil: ‘Wahai hamba Allah, tahanlah untukku, wahai hamba Allah, tahanlah untukku’ maka Allah memiliki orang yang hadir dibumi untuk menahan hewan kendaraan tersebut untuk kalian.”

As-Sakhawi berkata: “Sanadnya lemah, tetapi an-Nawawi berkata bahwa ia dan sebagian gurunya pernah mencoba doa ini dan terbukti.” (Ibtihaj bi Adzkaaril Musafir wal Hajj hal. 39)

Alangkah bagusnya ucapan al-Hafizh asy-Syaukani rahimahullah,
“As-Sunnah tidaklah ditetapkan dengan percobaan. Terkabulnya do’a tidaklah menunjukkan bahwa faktor terkabulnya karena shahih dari Rasulullah. Sebab bisa jadi Allah Ta’ala mengabulkan do’a seseorang tanpa tawassul kepada-Nya sebab Allah Maha Penyayang terhadap hamba-Nya dan bisa jadi terkabulnya do’a dikarenakan Allah memanjakan seseorang sehingga ia terus larut dalam kelalaiannya.” (Tuhfatudz Dzaakiriin, hal. 140)


****
Sumber: Keajaiban Dzikir Pagi & Petang (judul asli: Syarh Hisnul Muslim minal Adzkaaril Kitaab was Sunnah: Adzkaarush Shabaah wal Masaa’). Majdi bin ‘Abdil Wahhab Ahmad. Penerbit: Media Tarbiyah. Bogor. Dengan sedikit editan redaksi wanitasalihah.com

Artikel wanitasalihah.com

Kaidah Seputar Dzikir dan Doa (3)


Kaidah 4: Dzikir dengan merendahkan suara

Hukum asal dalam berdzikir yaitu dengan tidak mengeraskan suara. Allah ta’ala berfirman:

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ

“Dan sebutlah (Nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS Al-A’raf: 205)

Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan, “Hukum asal dalam berdzikir adalah dengan merendakan suara. Sebagaimana ditegaskan dalam Alqur’an dan As-Sunnah, kecuali (jenis dzikir) yang dikecualikan.” (Ash-Shahiihah, 7/454)

Dikecualikan dalam hal ini, yaitu bolehnya berdzikir dengan mengeraskan suara pada beberapa keadaan sebagaimana dalil-dalil yang telah ada. Diantaranya adalah:

1. Ketika adzan dan iqomah.

2. Ketika bertakbir pada dua hari raya.

3. Ketika bertalbiyah saat haji dan umroh.

4. Ketika membaca do’a setelah shalat witir. Yaitu ucapan ‘Subhaanal Malikil Qudduus’. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengeraskan dan memanjangkan suara pada kali yang ketiga.

5. Ketika mengucapkan hamdalah saat bersin dan menjawabnya dengan “Yarhamukallah”.

6. Ketika mendoakan keberkahan bagi kedua mempelai yang telah menikah. Yaitu do’a “Baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika wa jama’a baynakumaa fii khaiir.”

7. Ketika mengucapkan dan menjawab salam.

Inilah diantara beberapa tempat yang disyariatkan untuk mengeraskan suara dalam berdzikir. Wallahu a’lam.

Kaidah 5: Dzikir dan Doa Lafadznya Beragam

Dzikir atau do’a mempunyai beragam lafadz. Maka yang sunnah adalah membacanya dengan bergantian dan tidak mengkhususkan dengan satu lafadz saja. Serta tidak boleh lafadz yang beragam ini dibaca seluruhnya dalam satu waktu. Misalnya do’a istiftah saat shalat. Tidak boleh bagi seseorang untuk membaca seluruh lafadz do’a istiftah yang ada dalam sekali istiftah. Demikian pula, tidak boleh mengkhususkan dengan satu lafadz do’a istiftah saja (yang tepat membaca doa istiftah secara bergantian, terkadang membaca lafadz yang ini terkadang membaca doa istiftah yang itu-pen). Contoh yabg lain adalah do’a saat ruku’ dan sujud, do’a tasyahud dan lain-lain.

Faedah:

Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sebuah kaidah bahwa ibadah apabila datang dengan beragam bentuk yang berbeda, maka selayaknya bagi manusia untuk mengerjakan seluruh ragam yang bermanfaat ini. Mengerjakan ragam ibadah ini memberi manfaat diantaranya:

1. Menjaga sunnah, dan menyebarkan macam-macam ibadah ini kepada manusia.

2. Memudahkan seorang hamba dalam ibadah. Karena sebagian bentuk ibadah ada yang lebih ringan dan sesuai dengan keadaan.

3. Lebih menghadirkan hati dan tidak membuat jenuh serta bosan.

4. Mengamalkan syariat ini dari semua sisi bentuknya.(Asy-Syarhu al-Mumti’, 2/56)

*****
Sumber: Keajaiban Dzikir Pagi & Petang (judul asli: Syarh Hisnul Muslim minal Adzkaaril Kitaab was Sunnah: Adzkaarush Shabaah wal Masaa’). Majdi bin ‘Abdil Wahhab Ahmad. Penerbit: Media Tarbiyah. Bogor. Dengan sedikit tambahan dari redaksi wanitasalihah.com

Artikel wanitasalihah.com

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Alasan Safety Talk:
Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami

Poin – poin utama Safety :
1. Jangan Panik : Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang, Apabila missal maka pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban.
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.
4. Pendarahan.
Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu 3-5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan tempat pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.
5. Perhatikan tanda-tanda shock.
Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak anggota tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalm keadaan setengah sadar, baringankan telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya.
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi korban dibiarkan ditempat tersebut.
7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.
Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah evakuasi korban ke sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit

TIDAK ADA PEKERJAAN YANG LEBIH PENTING DARIPADA MEMASTIKAN SEMUA TINDAKAN PENCEGAHAN TELAH DILAKUKAN DENGAN AMAN.

Rabu, 20 April 2016

Konsentrasi dan Fokus Saat Bekerja

Alasan Safety Talk:
Kemampuan untuk fokus atau konsentrasi sangatlah dibutuhkan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Konsentrasi mempengaruhi hasil dari semua pekerjaan yang dilakukan. Namun, untuk mencapai tingkat konsentrasi bukanlah hal yang mudah, terutama menjelang hari libur.

Poin – poin utama Safety Talk:

Bagaimana cara mengatasi agar konsentrasi dan fokus kerja dapat terjaga, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dengan hasil yang memuaskan tanpa adanya kecelakaan? Berikut tips untuk meningkatkan konsentrasi dan fokus kerja sehingga keselamatan dapat terjaga, antara lain:

Tidur Lebih Awal
Banyak orang yang menunda tidur hingga ia merasa sangat kelelahan. Lelah yang berlebihan adalah musuh utama konsentrasi. Jika tidur terlalu larut, maka keadaan psikis dan fisik seseorang menurun. Untuk itu, tidurlah lebih awal dan rasakan efeknya di pagi hari. Tubuh akan lebih bugar, mood/ semangat pun dapat terjaga seharian.

Fokuskan Pada Satu Pekerjaan
Misalkan anda punya pekerjaan A dan B. Pilihlah salah satu untuk diselesaikan terlebih dahulu atau kerjakan secara bergantian, jangan sekaligus. Jika mengerjakan pekerjaan satu per satu maka akan meningkatkan daya konsenterasi anda.

Beristirahat sejenak
Jika sudah sangat lelah, maka jangan memaksakan tubuh dan otak untuk terus bekerja. Memaksakan kondisi diri sendiri hanya akan menimbulkan berbagai penyakit, seperti pusing, demam, atau badan terasa lemas. Untuk itu, alangkah baiknya agar beristirahat sejenak jika sudah mulai merasa hilang konsentrasi. Hal ini juga untuk menghindari agar tubuh tetap fit dan kondisi otak lebih segar ketika beristirahat.


“KONSENTRASI DAN FOKUS KERJA YANG BAIK, AKAN MEMBANTU
MENINGKATKAN KUALITAS DAN KESELAMATAN KERJA!”

Selasa, 19 April 2016

Briefing K3 Umum


Alasan Safety Talk:
Berdasarkan kebijakan K3 perusahaan, setiap orang di tempat kerja memiliki tanggung jawab yang sama untuk peduli terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain di tempat kerja

Poin – poin utama Safety Talk:

• Ketahuilah kebijakan keselamatan & kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) di PT Sayap Mas Utama
• Patuhi semua SOP dan Intruksi Kerja saat melakukan pekerjaan
• Gunakan dan pelihara dengan baik semua APD yang telah diberikan oleh perusahaan kepada anda – laporkan segala kerusakan APD kepada atasan anda
• Lakukan yang terbaik untuk menjaga tempat kerja anda agar tetap bersih, rapi, dan aman
• Patuhi semua tanda keselamatan yang dipasang di area kerja anda
• Jangan pernah operasikan suatu alat, jika anda tidak berkompeten
• Jangan pernah merubah / merusak peralatan perlindungan seperti safety cover, guard rails, dan lainnya
• Jangan pernah merusak / merubah peralatan tanggap darurat seperti Alat Pemadam Api Ringan dan hydrant
• Jangan pernah membuang benda dari ketinggian
• Jangan pernah ambil jalan pintas saat mengerjakan sesuatu – itu berbahaya
• Selalu gunakan akses jalan yang telah ditentukan
• Susunlah barang dan alat kerja dengan baik dan aman, perhatikan batas tumpukan maksimum yang diperbolehkan
• Lakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum menggunakan suatu bahan – apakah bahan tersebut mudah terbakar? Mudah meledak? Irritant? – periksa MSDS dan KKB yang tersedia
• Tetap waspada saat bekerja – perhatikan unit kendaraan yang mungkin melintas di jalur jalan anda
• Selalu mengutamakan keselamatan saat bekerja
• Laporkan semua kondisi dan perilaku tidak aman kepada atasan anda


“Budaya Selamat adalah saat orang berpikir dan bertindak secara aman meskipun tidak satu pun orang yang melihat”

“Papan keselamatan tidak akan mencegah kecelakaan – pekerja dan sistem kerja yang aman yang akan mencegahnya”

“Tidak ada sistem kerja yang aman tanpa kerjasama dari perusahaan dan pekerja – dibutuhkan kepedulian dan usaha dari setiap orang”

“Keselamatan adalah tanggung jawab kita semua”