Selasa, 03 Mei 2016
Tafsir Surat AnNaba Ayat 31 - 40
QS. AN-NABA’ 31-36
Balasan terhadap orang yang bertakwa
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا. حَدَائِقَ وَأَعْنَابًا. وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا. وَكَأْسًا دِهَاقًا. لا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلا كِذَّابًا. جَزَاءً مِنْ رَبِّكَ عَطَاءً حِسَابًا.
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur. Dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yangpenuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta. Sebagai balasan dari Rabb-mu dan pemberian yang cukup banyak, (QS. An-Nabaa'/78:31-36)
* * *
Allah Ta'ala berfirman seraya memberitahukan tentang orang-orang yang berbahagia dan segala sesuatu yang telah disediakan bagi mereka, baik itu berupa kemuliaan maupun kenikmatan yang abadi. Di mana Dia berfirman, إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازاً "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan" Ibnu 'Abbas dan adh-Dhahhak mengatakan: "Yakni, dalam keadaan suci." Mujahid dan Qatadah mengemukakan: "Mereka beruntung dan selamat dari Neraka." Dan yang paling jelas di sini adalah pendapat Ibnu 'Abbas, karena setelah itu dia mengemukakan: "Hadaa-iqa," kata al-hadaa-iqa di sini berarti kebun-kebun kurma dan juga yang lainnya. حَدَائِقَ وَأَعْنَاباً. وَكَوَاعِبَ أَتْرَاباً "(Yaitu) kebun-kebun dan buah anggur. Dan gadis-gadis remaja yang sebaya," Yakni, bidadari-bidadari yang masih gadis. Ibnu 'Abbas, Mujahid, dan lain-lain mengatakan: "أَتْرَاباً yakni montok." Yang mereka maksudkan bahwa buah dada bidadari-bidadari itu montok dan belum mengalami penurunan, karena mereka semua masih gadis yang umur mereka sebaya, yakni mempunyai umur yang sama.
Dan firman Allah Ta'ala, وَكَأْساً دِهَاقاً "Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman)." Ibnu 'Abbas mengatakan: "Yakni yang penuh lagi berturut-turut." Sedangkan Ikrimah mengatakan: "Yakni yang jernih."
Finnan Allah Ta'ala, لَّا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْواً وَلَا كِذَّاباً "Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pulaperkataan) dusta." Yakni, di dalam Surga itu tidak terdapat perkataan yang tidak bermanfaat dan tidak pula dosa dan dusta, bahkan Surga merupakan tempat yang penuh dengan keselamatan, semua penghuninya selamat dari segala bentuk kekurangan. Firman-Nya, جَزَاء مِّن رَّبِّكَ عَطَاء حِسَاباً "Sebagai balasan dari Rabb-mu dan pemberian yang cukup banyak." Yakni semua yang kami sebutkan itu merupakan balasan yang diberikan Allah kepada mereka. Dia memberikan hal itu kepada mereka sebagai karunia, anugerah, kebaikan, dan rahmat-Nya. 'Athaa-an hisaaban berarti pemberian yang cukup, memadai, selamat, lagi banyak. Masyarakat Arab biasa mengungkapkan: أَعْطَانِـي فَأَحْسِيْنِـي (Dia memberiku sehingga hal itu telah mencukupiku)." Artinya, Dia telah memberikan ke-cukupan kepadaku. Dan dari kata itu pula muncul kata حَسْبِيَ اللهَ yang berarti Allah sebagai Rabb yang mencukupiku.
QS. AN-NABA’ 37-40
- Kesempurnaan kekuasaan Allah عزّوجلّ
- Perintah agar manusia memilih jalan
yang benar menuju Rabb-nya
رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الرَّحْمَنِ لا يَمْلِكُونَ مِنْهُ خِطَابًا. يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلائِكَةُ صَفًّا لا يَتَكَلَّمُونَ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا. ذَلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ مَآبًا. إِنَّا أَنْذَرْنَاكُمْ عَذَابًا قَرِيبًا يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا.
Rabb yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Mahapemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan-Nya. Pada hari ketika ruh dan para Malaikat berdiri bershaff-shaff, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang diberi izin kepadanya oleh Rabb Yang Mahapemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Rabb-nya. Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah." (QS. An-Nabaa'/78:37-40)
* * *
Allah Ta'ala memberitahukan tentang keagungan dan kemuliaan-Nya. Dan bahwasanya Dia adalah Rabb langit dan bumi serta segala yang ada diantara keduanya. Dan bahwasanya Dia adalah Rabb Yang Mahapemurah rahmat-Nya mencakup segala sesuatu. Dan firman-Nya, لَا يَمْلِكُونَ مِنْهُ خِطَاباً "Mereka tidak dapat berbicara dengan-Nya." Maksudnya, tidak ada seorang pun yang sanggup memulai mengajak-Nya berbicara kecuali dengan seizin-Nya. Yang demikian itu sama seperti firman-Nya, يَوْمَ يَأْتِ لاَ تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ "Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya." (QS. Huud/11:105).
Dan firman Allah Ta'ala, يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلَائِكَةُ صَفّاً لَّا يَتَكَلَّمُونَ "Pada hari ketika ruh dan para Malaikat berdiri bershaff-shaff, mereka tidak berkata-kata." Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan ruh di sini? Terdapat beberapa pendapat:
Pertama, apa yang diriwayatkan oleh al-'Aufi dari Ibnu 'Abbas, bahwa mereka adalah arwah anak cucu Adam.
Kedua, mereka adalah anak cucu Adam. Demikian yang dikemukakan oleh al-Hasan dan Qatadah. Qatadah mengatakan: "Dan inilah salah satu dari apa yang disembunyikan oleh Ibnu 'Abbas."
Ketiga, mereka adalah salah satu dari makhluk Allah dalam bentuk seperti bentuk anak cucu Adam, tetapi mereka bukan Malaikat dan bukan juga manusia, tetapi mereka makan dan minum. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu 'Abbas, Mujahid, Abu Shalih, dan al-A'masy.
Keempat, ruh itu adalah Jibril. Demikian yang dikemukakan oleh asy-Sya'bi, Sa'id bin Jubair, dan adh-Dhahhak. Pendapat terakhir ini didasarkan pada firman Allah عزّوجلّ, نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ. عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنذِرِينَ "dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan." (QS. Asy-Syu'araa'/26:193-194). Muqatil bin Hayyan mengungkapkan: "Ar-Ruh yang dimaksud adalah Malaikat yang paling mulia dan yang paling dekat dengan Allah عزّوجلّ sekaligus pengantar wahyu."
Kelima, ruh yang dimaksud adalah al-Qur-an. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu Zaid, seperti firman-Nya: وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحاً مِّنْ أَمْرِنَا "Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (al-Qur-an) dengan perintah Kami." (QS. Asy-Syuura: 52).
Keenam, ruh yang dimaksud adalah salah satu Malaikat dengan ukuran seluruh makhluk. Dan Ibnu Jarir bersikap diam dan tidak memastikan salah satu dari pendapat-pendapat tersebut. Dan yang lebih mendekati, menurut pendapat saya (Ibnu Katsir), wallaahu a'lam, mereka adalah anak cucu Adam.
Dan firman Allah Ta'ala, إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرحْمَنُ "Kecuali siapa yang diberi izin kepadanya oleh Rabb Yang Mahapemurah." Yang demikian itu sama seperti firman-Nya, يَوْمَ يَأْتِ لاَ تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ "Di kala datang hari itu, tidak ada seorangpun yang berbicara melainkan dengan izin-Nya." (QS. Huud: 105). Dan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih:
وَلاَ يَتَكَلَّمُ يَوْمَئِذٍ إِلاَّ الرَّسُلُ
"Dan tidak ada yang berbicara pada hari itu melainkan para utusan saja."
Sedangkan firman-Nya, وَقَالَ صَوَاباً "Dan dia mengucapkan kata yang benar." Yakni, kata-kata yang benar. Dan di antara kata-kata yang benar itu adalah ucapan: "Laa ilaaha illallaah (tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah), sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Shalih dan 'Ikrimah.
Firman-Nya lebih lanjut, ذَلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ "Itulah hari yang pasti terjadi," yakni hari yang pasti akan terjadi, dan tidak mungkin tidak. فَمَن شَاء اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ مَآباً "Maka barangsiapa yang menghendak, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Rabb-nya." Yakni, tempat kembali dan jalan yang dijadikan petunjuk kepada-Nya serta manhaj yang dilalui di atasnya. Dan firman Allah Ta'ala, إِنَّا أَنذَرْنَاكُمْ عَذَاباً قَرِيباً "Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat," yakni hari Kiamat, untuk mempertegas kepastian terjadinya, sehingga ia pun menjadi dekat, karena setiap yang akan datang itu pasti datang. يَوْمَ يَنظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ "Pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya." Yakni, akan diperlihatkan kepadanya semua amal perbuatannya, yang baik maupun yang buruk, yang lama maupun yang baru. وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَاباً "Dan orang kafir berkata: 'Alangkah baiknya sekiranya aku datiulu adalah tanah." Maksudnya, pada hari itu orang kafir berangan-angan, andai saja dulu aku di dunia hanya sebagai tanah dan bukan sebagai makhluk serta tidak juga keluar ke dalam wujud. Hal itu mereka katakan ketika adzab Allah diperlihatkan dan mereka melihat amal perbuatan mereka yang buruk telah ditulis oleh tangan para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Ada juga yang berpendapat, hal itu mereka katakan ketika Allah memberikan keputusan kepada hewan-hewan yang pernah hidup di dunia dan Dia memberikan keputusan di antara binatang-binatang itu dengan keputusan-Nya yang adil yang tidak menzhalimi, sehingga kambing yang tidak bertanduk akan menuntut qishash dari kambing yang bertanduk. Dan setelah selesai pemberian keputusan, barulah dikatakan kepada binatang-binatang itu: "Jadilah kamu tanah kembali." Maka pada saat itu, orang kafir itu berkata, يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَاباً "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah." Yakni, andai saja aku menjadi hewan sehingga aku akan kembali menjadi tanah.[]
Publication : 1437 H_2016 M
Tafsir Surat An-Nabaa' ( Berita Besar )
Oleh : Imam Ibnu Katsir asy-Syafi'i رحـمه الله
Disalin dari Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8 hal 378-387 Terbitan Pustaka Imam Syafi'i Jakarta,
Download > 950 eBook dari www.ibnumajjah.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar